• 検索

Bersama Kolektif Memikirkan Kemungkinan Aktivitas Seni di Tengah Pandemi

Dunia berubah dalam sekejap karena pandemi COVID-19 yang merebak sejak akhir tahun 2019, sehingga mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas dan kegiatan di luar rumah. Berkumpul, berinteraksi dan berkomunikasi langsung kemudian menjadi hal yang sulit dan tidak biasa.

Pandemi ini berdampak besar pada produktivitas masing-masing seniman kontemporer, di mana berbagai upaya untuk menciptakan pertukaran dan menjalin relasi menjadi terlihat sejak 1990an. Banyak pameran internasional yang dibatalkan, museum dan galeri seni pun terpaksa membatasi kegiatannya. Dalam berbagai keterbatasan ini, bagaimana seni dan publik dipertemukan?

Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas kolektif telah menarik banyak perhatian dunia seni. Seperti yang dikembangkan oleh ruangrupa, kolektif seni rupa Indonesia yang ditunjuk sebagai art director Documenta 15. Berbagai kolektif seni yang senang berkumpul, berbagi ide, terkadang bekerja sama dengan orang-orang di luar bidang seni, saling berbaur, menciptakan hubungan dan membuat hal tersebut menjadi terlihat, lantas bagaimana mereka memikirkan tentang interaksi orang-orang di tengah pandemi ini? bagaimana komunitas akan diimajinasikan, diciptakan dan dipertahankan? Bagaimana pertukaran internasional terjadi dalam mobilitas yang dibatasi?

Sebagai pijakan untuk memikirkan masalah dari efek pandemi terhadap kita semua, acara ini mengambil tema mengenai tindakan “berkumpul” yang menjadi semakin tidak biasa. Kami ingin mengundang delapan kolektif dari Indonesia untuk mendengar perspektif mereka tentang masalah-masalah tersebut. Kemudian melalui acara luring (offline) "Kolektif Chiggo" di Kyushu Geibunkan, kita bersama-sama memikirkan tentang kemungkinan aktivitas "berkumpul", "berkolaborasi", dan "saling bertukar" di tengah situasi pandemi yang berkepanjangan.

Diadakan secara Online (Via Zoom)

Tahun 2021
Mei: 8(Sab), 16(Min), 30(Min)
Juni: 6(Min), 13(Min), 27(Min)
Juli: 3(Sab), 11(Min), 25(Min)
(Seluruhnya 9 kali pertemuan)

13.30-15.30

Biaya Registrasi: Gratis

Diperlukan registrasi terlebih dahulu (Cara registrasinya di sini)

Ada penerjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang

Penyelenggara Acara: Panitia Pameran Seni Rupa Kyushu Geibunkan

Perencana Acara: Hatori Yuki (Kurator)

Penasehat: Nakamura Mia (Associate Professor, Fakultas Desain, Universitas Kyushu)

Pembicara

Pertama, Bimbingan

Sabtu, 8 Mei
Lektor: Hirota Midori (Associate Professor Institut Profesional Internasional Fashion)
Kami mengundang Ibu Hirota Midori yang sudah 17 tahun aktif sebagai seniman di Indonesia dan melihat situasi seni lokal dari dalam akan memberikan bimbingan tentang konsep kolektif yang selama ini belum begitu dikenal oleh masyarakat umum.

Ke 2, Kunci Study Forum & Collective

Minggu, 16 Mei
Kunci Study Forum & Collective melakukan kegiatan penelitian dan pendidikan alternatif di Yogyakarta. Kota ini adalah kota yang relatif kecil namun banyak kolektif, galeri dan studio yang berkembang sehingga membentuk dunia seni yang unik. Kira-kira tantangan dan kegiatan apa yang sedang dilakukan di sana.

Ke 3, Kwangsan Kunstkring

Minggu, 30 Mei
Kwangsan Kunstkring adalah kolektif yang aktif di Surabaya, Jawa Timur. Mereka mengembangkan proyek yang mendorong berbagi pengetahuan secara lintas disiplin dari perspektif seni dan masyarakat. Kemudian mencoba berbagai pendekatan seperti residensi, ekskursi, pameran, diskusi dan penerbitan terhadap persoalan kota dan masyarakat. Kali ini dua anggota Kwangsan Kunstkring akan membicarakan tentang kegiatan mereka selama ini dan kegiatan di tengah pandemi serta situasi seni di Surabaya.

Ke 4, Katakerja

Minggu, 6 Juni
Katakerja adalah kolektif yang aktif di Makassar, Sulaewsi Selatan. Mereka menjalankan aktivitas berdasarkan fungsinya sebagai perpustakaan. Tidak puas dengan konsep perpustakaan umum yang seharusnya, mereka memutuskan untuk membuat perpustakaan ideal mereka sendiri, sehingga akhirnya terbentuk Katakerja. Apa tantangan yang dihadapi komunitas mereka saat ini, khususnya orang-orang serta aktivitas yang saling terhubung dan dikembangkan melalui buku?

Ke 5, SIKU Ruang Terpadu

Minggu, 13 Juni
SIKU Ruang Terpadu adalah himpunan kolektif yang beraktifitas di Makassar. Empat kolektif berkumpul untuk membentuk satu kolektif besar. Mereka menyebut keberadaan dan aktifitas mereka "organis" yang berarti semua hal ditentukan dengan nongkrong bersama orang-orang. Bagaimana hubungan organis tersebut bisa dipertahankan di tengah pandemi ini?

Ke 6, Gudskul

Minggu, 27 Juni
Gudskul merupakan kolektif yang berasal dari Jakarta, terdiri dari ruangrupa, Serrum dan Grafis Huru Hara. Pada situasi pandemi, Gudskul membuka donasi untuk membuat pelindung wajah (face shield) untuk para tenaga medis. Gudskul merubah auditorium yang biasa digunakan sebagai ruang pertunjukan seni menjadi ruang produksi face shield. Pada kesempatan ini, Gudskul akan menceritakan kegiatan kolektif mereka selama pandemi.

Ke 7, Komunitas Gubuak Kopi

Sabtu, 3 Juli
Komunitas Gubuak Kopi sebuah kelompok studi budaya nirlaba yang berdiri sejak tahun 2011. Komunitas ini berfokus pada penelitian dan pengembangan pengetahuan seni dan media di lingkup lokal kota Solok, Sumatera Barat. Bagaimana kekacauan global yang belum pernah terjadi sebelumnya mengubah Solok? Bagaimana mereka menghadapi situasi ini? Kali ini mereka akan membagikan pengalaman mereka bertahan dan tetap produktif di masa-masa sekarang ini.

Ke 8, Lakoat Kujawas

Minggu, 11 Juli
Lakoat Kujawas adalah kolektif yang berasal dari Mollo, Nusa Tenggara Timur. Selama ini dalam seni rupa Indonesia, perhatian hanya tertuju pada aktivitas di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Namun belakangan ini banyak seniman yang dihasilkan dari Nusa Tenggara Timur. Kali ini mereka akan membicarakan kegiatannya di lingkungan yang berbeda dengan kota dan apa yang saat ini diharapkan dari daerah "kampung".

Terakhir, Jatiwangi art Factory

Minggu, 25 Juli
Ini adalah bagian terakhir perjalanan panjang keliling Indonesia. Tempat terakhir adalah Jatiwangi, Jawa Barat. Ini adalah tempat langka di mana seluruh desa terdiri dari seni. Jatiwangi art Factory memanfaatkan genteng yang merupakan industri utama daerah tersebut untuk membangun solidaritas dengan masyarakat sekitar melalui upaya unik seperti menggelar festival musik genteng, lomba binaraga bagi pengrajin dan lain-lain. Bagaimana perubahan Jatiwangi karena aktivitas Jatiwangi art Factory selama 16 tahun setelah diresmikan?

Susunan Acara

Moderator: Hatori Yuki (Kurator)

13.30 Pembukaan

13.35-15.05 Pembicaraan oleh Kolektif

15.05-15.10 Istirahat

15.10-15.30 Sesi Tanya jawab

(Waktu Jepang)

Cara Registrasi

Via Zoom (Diperlukan registrasi terlebih dahulu)

Cara Registrasi: Klik di sini untuk registrasi acara ini

※Hanya untuk 50 orang setiap pertemuan

※Silahkan pilih tanggal yang sesuai (Diizinkan lebih dari 1)